Dewasa ini, perkembangan
teknologi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti
yang telah kita ketahui, teknologi diciptakan demi kemudahan aktivitas manusia.
Oleh karena itu banyak para ahli berlomba-lomba menciptakan teknologi baru demi
tercapainya kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.
Salah satu contoh
teknologi yang sedang marak diperbincangkan adalah teknologi kloning. Hal ini
berawal dari percobaan pada hewan domba yang mengalami keberhasilan dan diberi
nama domba Dolly. Ian Wilmut, Keith Campbell dan tim di Roslin
Institute-Skotlandia berhasil mengkloning Domba Dolly pada tahun 1996. Domba
betina ini dikloning dengan teknik kloning transfer inti sel somatik (sel
tubuh). DNA Dolly berasal dari sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya
yang kemudian difusikan dengan sel ‘mammary’ (sel kelenjar susu). Sel yang
telah bergabung berkembang menjadi embrio yang kemudian ditanamkan pada biri-biri
pengganti .Sebelumnya manusia telah berhasil mengkloning kecebong (1952), ikan
(1963), dan tikus (1986).
Sejak keberhasilan
kloning Domba 1996, muncullah hasil kloning lain pada Monyet (2000), lembu
“Gaur” (2001), sapi (2001), kucing (2001) dan dikomersialkan pada 2004,
kuda (2003), anjing, serigala dan kerbau. Selain itu, beberapa lembaga riset
telah berhasil mengkloning bagian tubuh manusia seperti tangan. Kloning
bagian tubuh manusia dilakukan untuk kebutuhan medis, seperti tangan yang hilang
karena kecelakaan dapat dikloning baru, begitu juga jika terjadi ginjal yang
rusak (gagal ginjal).
Amerika, sebagai pusat
perkembangan teknologi telah mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendukung
para ilmuwannya melakukan riset yang lebih terhadap teknologi canggih ini.
Mereka berharap dengan dikembangkannya teknologi ini, dapat berguna bagi
kesejahteraan manusia di masa yang akan datang.
Ilmuwan-ilmuwan amerika
pun terus melakukan percobaan kloning ini agar dapat diterapkan pada manusia
tanpa menimbulkan dampak berbahaya bagi kesehatan tubuh maupun gangguan bagi
sistem dan fungsi organ tubuhnya. Usaha ilmuwan-ilmuwan tersebut
membuahkan hasil pada tahun 2004 dimana manusia kloning berhasil dilahirkan.
Manusia kloning pertama di dunia bernama Eve, bayi perempuan itu kini berusia 8
tahun. Sehat dan kini mulai menginjak pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran
kota Bahama. Kelahiran Eve merupakan sebuah kejutan.
Pada perkembangannya,
masyarakat barat cenderung mendukung penerapan teknologi ini bagi kehidupan
manusia. Mereka menganggap teknologi kloning ini akan membawa dampak positif
jika diterapkan pada kehidupan manusia. Teknologi kloning ini sangat didukung
terutama oleh masyarakat yang sangat sibuk atau tidak bisa melanjutkan
pekerjaannya karena alasan tertentu seperti kecelakaan.
Dari uraian di atas,
dapat kita simpulkan bahwa penelitian kloning pada manusia sebenarnya
memberikan harapan bagi masa depan dunia kedokteran. Ada banyak dampak positif
yang dapat dihasilkan dari perkembangan teknologi kloning. Teknik kloning
memungkinkan dokter mengidentifikasi penyebab keguguran spontan, memberikan
pemahaman pertumbuhan cepat sel kanker, penggunaan sel stem untuk meregenerasi
jaringan syaraf, kemajuan dalam penelitian masalah penuaan, genetika dan pengobatan.
Keuntungan-keuntungan tersebut diharapkan dapat berkembang dan bertambah
seiring semakin majunya teknologi kloning. Karena itulah banyak pihak yang
mendukung pengembangan teknologi kloning tersebut.
Human Cloning tak
hanya memiliki banyak keuntungan bagi umat manusia, namun juga memiliki banyak
kerugian yang tersembunyi di dalamnya. Kita bisa meninjau efek negatif dari Human
Cloning dari beberapa aspek,seperti aspek etika dan moral, agama,
kesehatan, dan lain-lain.
Secara etika, moral dan
keagamaan, adalah tidak wajar kalau seseorang dijadikan “fotokopi” atau
di-”fotokopi”. Setiap pribadi manusia memiliki hak atas originalitasnya. Dengan
kloning, tak mungkin seseorang menjadi original,karena akan ada dua individu
yang “sama” namun sebenarnya berbeda. Manusia berhak menjadi makhluk hidup
secara penuh. Kloning pada dasarnya merupakan instrumentalisasi yang berarti
manusia dijadikan objek penelitian atau diperalat. Martabatnya sebagai manusia
dilecehkan, karena manusia tak hanya dijadikan dengan gen, walaupun peranan gen
memang besar, namun juga peran suasana, pendidikan, dan waktu akan ikut
membentuk kepribadian seseorang yang spesial dimana tidak akan ada yang
benar-benar identik. Peran seorang ibu di waktu hamil pun dapat menentukan
sikap seorang anak. Sedangkan dalam proses kloning, manusia tidak menjadi
tujuan, melainkan sebagai sarana uji coba laboratorium demi menemukan sesuatu
yang baru. Kloning manusia pada hakikatnva melecehkan manusia itu sendiri dan
akan memiliki sangat banyak dampak buruk.
Campuran gen lelaki dan perempuan tidak
ditemukan dalam proses kloning. Kloning berarti melawan secara fundamental
persatuan antara pria dan wanita. Selain itu, akan ada bahaya bahwa kloning
manusia dipakai sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kematian, atau bahkan
untuk mengembalikan seseorang yang terkenal dalam sejarah. Dengan demikian,
seorang individu akan terus menerus berlanjut hidup dan akan sangat
dimungkinkan adanya “keabadian” bahkan “kebangkitan” dengan menggunakan
teknologi kloning, dimana hal tersebut tentu sangat bertentangan dengan ajaran
agama yang menitikberatkan pada penghargaan hidup manusia, di mana agama
sebagai pedoman moral bagi orang awam menekankan bahwa hak penciptaan kehidupan
adalah milik makhluk yang derajatnya lebih tinggi dari manusia. Bila dilihat
dari aspek kesehatan, sampai saat ini kloning masih sangat tidak aman, bisa
dilihat contohnya yaitu domba dolly yang ternyata memiliki sistem imunitas yang
kurang baik, dan juga sebelum sampai pada kloning yang baik, proses tersebut mengalami
sangat banyak kegagalan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar